KLUNGKUNG, BALINEWS.ID – Puri Den Bencingah yang berlokasi di Desa Akah, Kabupaten Klungkung, kini menjadi salah satu tempat strategis dalam mendukung berbagai kegiatan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali. Puri yang merupakan tempat tinggal Bendesa Agung MDA Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, ini berdiri megah dan mampu menampung hingga 500 tempat duduk.
Seiring dengan meningkatnya intensitas kegiatan MDA yang melibatkan peserta dalam jumlah besar, pemanfaatan Puri Den Bencingah dinilai sebagai solusi praktis dan efisien. Hal ini disampaikan oleh Patajuh Bandesa Agung Bidang Kerjasama, Informasi, Inovasi, dan Pengelolaan Data MDA Bali, I Made Abdi Negara.
“Peminjaman tempat di Puri Den Bencingah sudah sering dilakukan sebagai alternatif pelaksanaan kegiatan dengan jumlah peserta yang melebihi kapasitas ruang pertemuan di Gedung Majelis Desa Adat Provinsi Bali,” ujarnya.
Beberapa kegiatan berskala besar yang telah digelar di Puri Den Bencingah antara lain Jumat Curhat bersama Kapolda Bali, kunjungan Pangdam IX/Udayana, hingga pertemuan dengan Majelis Rakyat Papua. Menurut Abdi Negara, pemilihan lokasi ini tidak hanya didasarkan pada kapasitas, namun juga karena pertimbangan efisiensi anggaran.
“Anggaran operasional MDA Provinsi Bali sangat terbatas. Menyewa ruang pertemuan di hotel atau gedung komersial akan menjadi pemborosan. Sementara di Puri Den Bencingah, kita bisa menggelar kegiatan secara optimal tanpa membebani anggaran,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa meskipun Kantor MDA Provinsi Bali memiliki ruang pertemuan terbesar dibandingkan kantor MDA Kabupaten/Kota, yaitu 88 tempat duduk, kapasitas tersebut tetap belum mencukupi untuk kegiatan berskala besar. Adapun kapasitas ruang pertemuan di kantor MDA tingkat kabupaten/kota rata-rata hanya antara 20 hingga 35 tempat duduk.
“Ruang kantor MDA tetap menjadi prioritas untuk kegiatan-kegiatan kecil atau sedang. Namun untuk kegiatan besar, Puri Den Bencingah adalah pilihan yang paling logis dan efektif,” pungkasnya.
Dengan keberadaan Puri Den Bencingah sebagai fasilitas pendukung, MDA Bali dinilai mampu mengatasi tantangan logistik tanpa mengabaikan efisiensi dan kualitas pelaksanaan kegiatan, serta tetap menjaga marwah kelembagaan adat di Bali.